Sains
Temuan Fosil Geraham Kingkong di Situs Semedo Tegal, Ungkap Jejak Kehidupan Purba di Pulau Jawa
Setelah dibersihkan, ternyata memang temuannya mengejutkan. Terdapat pecahan atap tengkorak bagian belakang individu hominid.
Temuan Fosil Geraham Kingkong di Situs Semedo Tegal, Ungkap Jejak Kehidupan Purba
TRIBUNKALTENG.COM - Wilayah Kabupaten Tegal menyimpan potensi sejarah purba yang luar biasa.
Sebuah titik di wilayah ini meninggalkan jejak kehidupan flora, fauna, dan manusia sejak minimal 1,5 juta tahun lalu. Lokasi ini jadi pesaing baru Situs Purba Sangiran.
Dimulai 2005, begitu banyak temuan fosil menakjubkan dari Situs Purba Semedo di Kecamatan Kedungbanteng ini. Yuk, kita simak empat fakta temuan mencengangkan dari Semedo.
• Luas Cagar Budaya Sangiran 59 Kilometer Persegi, Begini Cara BPSMP Lindungi Fosil Purba
• Ramai di Twitter #FacebookDown, Juga Instagram, Rupanya Ini Keluhan Pengguna
1. Tengkorak Homo Erectus

Bulan Mei 2014, Pak Dakri, pegiat penyelamatan fosil di Semedo menemukan sebongkah batu di lekukan kecil Sungai Kawi, Waturajut. Ia tidak tahu persis apa yang ada di bongkahan batu itu, namun perasaannya kuat ada sesuatu yang istimewa.
Kepala BPSMP Sangiran, waktu itu Dr Harry Widianto dan tim mengunjungi Semedo. Bongkahan batu itu dibawa ke Sangiran untuk diteliti. Menurut peneliti BPSMP Sangiran, Wahyu Widianta yang mendampingi Harry Widianto, batu itu sangat keras.
Identifikasi awal memang ada spesimen fosil menempel sangat kuat di bongkahan batu itu. Setelah dibersihkan, ternyata memang temuannya mengejutkan. Terdapat pecahan atap tengkorak bagian belakang individu hominid.
Permukaan luarnya melekat kuat di endapan pasir krikilan yang telah terkonkresi. Struktur irisan tengkorak masih jelas menunjukkan struktur diploe di bagian tengah sebagai indikator pecahan tengkorak.
Dilihat dari morfologinya, spesimen ini identik dengan tengkorak hominid dari Grogolan Wetan, Manyarejo. Diyakini dari Homo Erectus Tipik berumur 700.000 tahun.
2. Rahang dan Gigi Kingkong

Tahun 2014, kembali ditemukan dua spesimen sangat penting beruba fragmen mandibula dari dua individu yang berbeda.
Hasil analisis dan penelitian menyimpulkan dua spesimen itu berasal dari individu primata besar Gigantophitecus. Orang kemudian mengenalnya sebagai Kingkong dari Semedo.
Temuan ini sangat langka dan baru pertama kali ditemukan di Pulau Jawa, dan Indonesia umumnya. Tiga temuan lain ada di wilayah nontropis, yaitu di China, Vietnam utara dan Pakistan utara.
Namun karena ditemukan di permukaan, masih sulit menentukan fosil itu berasal dari lapisan kehidupan mana. Namun dari jejak yang tersisa di spesimen, sedimen fosil ini adalah pasir krikilan.
Berdasar riwayat sejarahnya, Gigantopithecus hidup antara 7,5 juta tahun hingga 0,4 juta tahun. Dengan demikian rentang kehidupan makhluk ini sangat panjang dan sempat hidup berdampingan dengan hominid.
3. Alat Litik Koral Kersikan

Penelitian di Semedo menunjukkan temuan alat-alat paleolitik berbahan sangat khas, dan jarang ditemukan di lokasi lain di Indonesia.
Hingga 2014, telah terkumpul tidak kurang 500 artefak berupa alat masif berukuran sebesar genggaman tangan dan lainnya berukuran lebih kecil.
Jenisnya ada kapak penetak, kapak perimbas, alat serpih, bati inti, dan alat serut. Menariknya alat paleolitik ini ada yang berbahan batu koral kersikan (silicified coral).
Alat batu berbahan koral kersikan ini baru ditemukan di Semedo. Sisanya berbahan batu gamping kersikan silicified limestone) maupun batu rijang (chert).
Keberadaan alat-alat paleolitik batu ini dari hasil penelitian Sofwan Noerwidi dan Siswanto (2014), menguatkan posisi Semedo sebagai titik penting rangkaian situs Plestosen.
Juga menunjukkan posisi penting proses migrasi dan kolonisasi manusia purba di Jawa. Posisi geografis Semedo sangat strategis karena di titik singgungan pegunungan Serayu Utara dan dataran aluvial pantai utara Jawa.
Dataran aluvial ini didominasi endapan vulkanik dari Gunung Slamet. Bagian dasar situs Semedo diperkirakan berumur tersier pada pembentukan masa akhir Pliosen.
4. Fosil Gajah Purba Mastodon

Banyak temuan fosil fauna Ordo Proboscidea di Situs Semedo ini. Di antaranya fosil Sinomastodon Bumiayunensis, Stegodon Trigonocephalus, Stegodon Pygmy Semedoensis, Stegodon Hypsilopus, Elephas Planifrons dan Elephas Hysundricus.
Keberadaan binatang-binatang besar berbelalai itu menujukkan keragaman luar biasa fauna dan lingkungan alamnya, dengan rentang waktu kehidupan sangat panjang tanpa terputus sejak 2 juta hingga 1,5 juta tahun lalu.
Jejak kehidupan Mastodon, atau kemungkinan lain Cryptomastodon, diketahui dengan temuan molar fauna itu di Semedo. Setelah Mastodon lenyap dari Jawa pada 1,5 juta tahun lalu, belum pernah lagi ditemukan jejaknya di wilayah lain.
Dengan kehadiran Mastodon ini, membuktikan pula Semedo menjadi situs prasejarah kuarter tertua di Pulau Jawa. Lokasi Semedo ini kebetulan berdekatan dengan lokasi temuan gigi molar Sinomastodon bumiayuensis pada 1932 oleh van der Maarel.
Demikianlah, empat fakta menakjubkan temuan bukti kehidupan prasejarah di Semedo. Kemungkinan akan muncul temuan-temuan lain yang tak kalah menakjubkan di masa depan.
Termasuk kemungkinan munculnya fosil hominid lain, selain satu individu Homo Erectus Tipik yang hanya menyisakan fragmen atap tengkorak di bongkahan pasir krikilan yang telah membatu. (Tribunjogja.com/xna)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Empat Temuan Menakjubkan di Situs Purba Semedo Tegal, Salah Satunya Fosil Geraham Kingkong, http://jogja.tribunnews.com/2018/11/21/empat-temuan-menakjubkan-di-situs-purba-semedo-tegal-salah-satunya-fosil-geraham-kingkong?page=all.