Kalteng Kita
Bawi Lamus, Seni Tradisi Dayak Kalteng Bakal Manggung di Taman Ismail Marzuki Jakarta
Dikolaborasi dengan musik orkestra dan tata pertunjukkan moderen, seni tradisi Dayak Ngaju dan Dayak Maanyan, akan ditampilkan di pentas nasional.
TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKARAYA - Dikolaborasi dengan musik orkestra dan tata pertunjukkan moderen, seni tradisi Dayak Ngaju dan Dayak Maanyan, akan ditampilkan di pentas nasional.
Yang membanggakan, suguhan seni ini dipertunjukkan pada Gedung Teater Ismail Marzuki Jakarta.
"Kegiatan ini dilakukan untuk memperkuat khasana seni dan budaya Kalteng. Apa yang dilakukan ini sebagai sumbangan materi bagi kebudayaan nasional," ujar Agustin Teras Narang selaku penggagas acara, Rabu (19/9/2018).
Baca: Kecapi Dayak di Orkestra Bawi Lamus, Begini Kata Komposer Erwin Gutawa
Baca: Al Ghazali Pingsan Kecelakaan Mobil, Ahmad Dhani Mohon Doa
Baca: Link Sscn.bkn.go.id Belum Bisa Diakses, BKN Pastikan Pendaftaran CPNS 2018 Tak Ditunda
Baca: Deteksi Lebih Dini Kanker Usus Besar, Gejalanya Sering Dianggap Sepele dan Tak Disadari
Mantan Gubernur Kalteng ini mengakui, banyak seni dan budaya yang belum tergali. Namun melalui pertunjukan Bawi Lamus, diharapkan bisa mendorong yang lain dalam menggali khasanah budaya Kalteng.
"Ketika melihat tampilan dari beberapa segmen, saya yakin suguhan Bawi Lamus ini akan lebih meningkatkan minat kita pada kebudayaan daerah," timpal teras.
Bertajuk Bawi Lamus, pertunjukkan ini rencananya dipentaskan pada 13 dan 14 Oktober 2018. Pentas seni ini juga mendapat dukungan dari Gubernur Kalteng Sugianto Sabran dan Ketua Dewan Adat Dayak (DAD Kalteng Agustiar Sabran.
Bawi Lamus sendiri mengandung makna wanita cantik dan anggun. Bawi Lamus akan menjadi suguhan seni dan tradisi kreatif yang dikemas secara artistik dengan menggandeng Jay Subyakto, naskah Paquita Widjaja-Rustandi, serta komposisi orkestra Erwin Gutawa.
Edhi Wiluyo dan Siko Setyanto dipercaya sebagai koreografer dan sutradara Inet Leimena.
Para penari yang tampil dalam pertunjukan berasal dari Palangkaraya yang sudah melewati proses audisi dan berlatih sejak Maret 2018. Sebanyak 26 penari terbaik dari 8 sanggar di Palangkaraya dilibatkan.
"Pertunjukkan ini ada empat segmen. Meliputi alam, sejarah, manusia, dan harapan dengan dukungan lighting. Ini kami persembahkan bagi Kalteng dan kita semua," komentar Jay Subyakto.
Untuk keperluan kostum penari, Paquita Widjaja mengaku mengambil konsep budaya yang telah ada. Namun untuk memperdalamnya, dia mengaku tetap melakukan telaahan terhadap sejumlah konsep yang ada.
Komposer Erwin Gutawa, pada kesempatan itu menyatakan kolaborasi musik yang disiapkan dalam pentas memadukan beberapa konsep.
"Dalam konsep ini, bunyi gong dan orkestra dipadukan untuk menggali potensi budaya sebagai jati diri bangsa," kata Erwin. (TRIBUNKALTENG.COM/mustain khaitami)
Refleksi Akhir Tahun 2019, GP Ansor Kalteng Gelar Napak Tilas Ulama |
![]() |
---|
Dari Jagong Masalah Haji dan Umroh, Bagaimana Nasib Embarkasi Haji Antara Kalteng? |
![]() |
---|
Lama Tak Terdengar, REDD+ di Kalteng Digemakan Lagi |
![]() |
---|
Baru Dilantik sebagai Dansat Brimob Polda Kalteng, Ini Tugas yang Dihadapi Kombes Bambang Wijanarko |
![]() |
---|
Pemprov Usulkan Peraih Medali Sea Games Asal Kalteng Jadi ASN, ini Tanggapan Atlet |
![]() |
---|