Kabar Dunia
Lama Menghilang Sejak Kabar Tertembak, Pangeran Arab Saudi Mohammed Bin Salman Tewas?
Peristiwa ini lalu dikaitkan dengan menghilangnya Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammed Bin Salman yang tidak telrihat lagi tampil di publik.
TRIBUNKALTENG.COM - Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Mohammed Bin Salman menghilang cukup lama dari hadapan publik. Akibatnya, banyak pihak menduga-duga terkait hilangnya Pangeran Mohammed Bin Salman dan menjadi misteri.
Rumor paling kencang yang beredar seputar Pangeran Mohammed Bin Salman adalah dia jadi korban penembakan pada 21 April 2018 lalu.
Seperti diketahui, pada 21 April 2018 terdengar suara tembakan dari Istana Kerajaan Arab Saudi. Pihak Kerajaan Arab Saudi dalam keterangan resminya menyebut ada drone asing yang melintas dan ditembaki pasukan penjaga keamanan istana.
Peristiwa ini lalu dikaitkan dengan menghilangnya Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammed Bin Salman yang tidak telrihat lagi tampil di publik.
Baca: Mohamed Salah Cedera, Pengacara Mesir Akan Tuntut Sergio Ramos Rp 16 Triliun
Baca: Perlakuan Istimewa Ini Bakal Diberikan Bagi Jemaah Haji Indonesia di Arab Saudi
Baca: Apa Kabar Eyang Subur? Pernah Nikah 25 Kali, Kini Bisa Nggak Keluar
Tribunkalteng.com melansir Banjarmasinpost.co.id yang mengutip albawaba.com, meyebut Pangeran Mohammed Bin Salman atau dikenal dengan panggilan MBS, absen di panggung publik sejak insiden penembakan di dekat istana kerajaan di Riyadh pada 21 April lalu.
Penampilan publik terakhir dari Pangeran Mohammed Bin Salman adalah pada 12 April 2018, saat berkunjung ke Spanyol.

Namun, rumor bahwa ia mungkin terluka saat penembakan istana kerajaan tak terhentikan.
Media di Iran yang pertama menyebarkan isu kematian MBS. Koran Keyhan, melaporkan MBS telah menghilang selama tiga minggu, menimbulkan pertanyaan atas kematiannya.
Dalam laporan itu, surat kabar itu mengklaim memperoleh salinan laporan oleh aparat intelijen Arab bahwa MBS mungkin ditembak oleh dua peluru dan itu meningkatkan kemungkinan bahwa dia sudah mati.
Beberapa hari kemudian, surat kabar yang berbasis di Inggris, Observer, telah melaporkan spekulasi kematian atau luka Mohammed Bin Salman dalam insiden penembakan istana kerajaan.
Namun, tidak ada pejabat Saudi yang membawa ke media untuk membongkar rumor.
Sejumlah jurnalis di Timur tengah juga menyoroti menghilangnya Pangeran Mohammed Bin Salman.
Kristian Ulrichsen, seorang rekan Baker Institute untuk Timur Tengah, ikut berkomentar melalui akun twitternya:
“Apakah MBS masih bertanggung jawab? Apakah dia kehilangan kendali? dimana dia?” cuitnya.
"Mengapa Putra Mahkota telah menghilang sejak insiden penembakan?" katanya.
Salah satu news anchor terkemuka di Timur Tengah, yang saat ini bekerja untuk Al-Jazeera yang berbasis di Qatar,Jammal Rayyan juga men-tweet tentang hilangnya MBS:
“Pertanyaan yang sah setelah ketidakhadirannya terlalu lama: Di mana Pangeran Mahkota Saudi Mohammad Bin Salman? Apakah ada di antara Anda yang melihat video terbaru untuknya, bukan rekaman? "
“Di sisi lain, pengguna lain berharap MBS benar-benar mati karena dia telah meningkatkan kontroversi atas amandemennya dan kebijakan internal dan asing,” tulisnya.
Adapun Alyaa Gad, aktivis Arab-Swiss men-tweet dan mengklaim bahwa ada konflik internal di dalam keluarga kerajaan Saudi yang mencegah mereka mengumumkan kematiannya.
Selain mengalihkan perhatian orang-orang dengan penangkapan terbaru untuk wanita dan aktivis Saudi.
Mengacu pada penangkapan terbaru dari pembela hak-hak perempuan di Arab Saudi yang dituduh melakukan kegiatan terorganisir untuk memukul agama dan basis nasional dan komunikasi dengan urusan luar negeri.
Penangkapan itu menimbulkan kekhawatiran atas reformasi baru-baru ini yang dibuat di Kerajaan oleh Pangeran Mahkota yang kontroversial.
Pangeran Mohammed Bin Salaman adalah putra mahkota berusia 23 tahun, membawa gerbong reformasi di Kerajaan Arab Saudi yang konservatif. Di antaranya membawa peraturan yang membatasi kekuasaan polisi agama, dan penghapusan larangan pengemudi perempuan sebelumnya pada tahun 2017.
Namun, kebijakannya terhadap negara-negara tetangga telah dipertanyakan berikut ini intervensi di Yaman dan meningkatkan krisis diplomatik dengan Qatar. (banjarmasinpost.co.id/royan naimi)