Selebrita

Pernah Didemo Gara-gara 'Goyang Ngebor', Inul Dinasihati dan Diangkat Anak oleh Guru Sekumpul

Alih-alih ikut memprotesnya, Abah Guru Sekumpul malah melakukan hal tak terduga ini, yaitu mengangkat Inul sebagai anaknya

Penulis: Yayu | Editor: Mustain Khaitami
KOMPAS.com/Dian Reinis Kumampung
Inul Daratista 

TRIBUNKALTENG.COM, BANJARMASIN - Sebentar lagi haul ke 13 ulama kharismatik KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari atau yang biasa disebut sebagai Abah Guru Sekumpul bakal digelar di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Banyak kisah menarik seputar ulama kharismatik dari Kalimantan Selatan ini selain kesalehannya.

Di antaranya adalah dia pernah mengangkat anak dari kalangan selebriti, di antaranya adalah Inul Daratista.

Baca: Makam Nike Ardilla Selalu Diziarahi, Ternyata Anak Angkat Guru Sekumpul

Inul yang dikenal karena goyang khasnya, yaitu Goyang Ngebor sempat membuat heboh Indonesia beberapa tahun lalu karena goyangannya dinilai terlalu vulgar.

Kedatangannya ke Kalimantan Selatan sempat diprotes warga karena goyangannya itu.

Alih-alih ikut memprotesnya, Abah Guru Sekumpul malah melakukan hal tak terduga ini, yaitu mengangkat Inul sebagai anaknya dan memberikannya nasehat saat mereka bertemu.

Inul kala itu diberi kehormatan bertemu sang tuan guru ini dan menginap di salah satu rumah warga sekitar situ.

Hal itu dituangkan seorang wartawan sebuah media lokal di Kalsel dalam bukunya berjudul Bertamu ke Sekumpul, yaitu Ahmad Rosyadi.

Baca: Ternyata Tanda-tanda Fisik Ini Muncul Sebelum Ajal Menjemput

Rosyadi sering meliput para pejabat, tokoh masyarakat termasuk selebriti yang bertandang ke kediaman Guru Sekumpul di Sekumpul, Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Termasuk di antaranya adalah kunjungan Inul kala itu.

Hal ini diposting oleh seorang warganet di Facebooknya,yaitu Akhmad Zailani pada 26 Januari 2014 dalam sebuah catatan.

“Ini salah satu buku kesukaan saya.  Judulnya; BERTAMU KE SEKUMPUL.  Sebuah Kenangan Buat Abah Guru.  Buku ini ditulis oleh Ahmad Rosyadi, seorang wartawan koran harian Kalimantan Post  di Kalsel. Saat Abah Guru masih hidup, saya beberapa kali ingin bertemu beliau.   Sayangnya, hingga ulama terkenal Banjar ini wafat, Rabu 10 Agustus 2006  (subuh dini hari sekitar pukul 05.00 Wita), saya tak pernah bertatap muka dengan Al Aalimul ‘Allamah Al ‘Aarif Billah Maulana  KH Muhammad Zaini Abdul Ghani.

Beruntunglah Rosyadi,  yang lebih banyak waktu  ‘ngepos’ di Sekumpul dan leluasa bertemu dengan Guru Ijai. Bila ada tamu datang ke Sekumpul,  lelaki yang kini menjadi Pegawai Negeri di Pemprop Kalsel ini ikut menyertai tamu.  Tak hanya memotret tamu dan Sang Guru, Rosyadi juga ikut berfoto bersama Abah Guru.

“Menjadi wartawan bagi saya tidaklah suatu keistimewaan, kalau hanya untuk dekat pejabat dan melakukan hal yang tidak biasa dilakoni kebanyakan.  Persoalan jadi lain,ketika saya bercita-cita menjadi wartawan hanya untuk bisa dekat dengan seorang ulama bernama KH Muhammad Zaini Abdul Ghani,’’  ujar Rosyadi.

Rosyadi mengakui,meski menjadi satu di antara ribuan jamaah pengajian, dia tidak pernah bertemu langsung apalagi bersalaman dengan Guru Sekumpul.  Bukan hanya dia, ribuan jamaah lain pun tidak lah mudah untuk bertemu. Menjadi wartawan lah, yang membuat khayalannya menjadi kenyataan.

Rosyadi akhirnya berpikir, sungguh mubazir bila ratusan foto dan dan ada juga yang sudah dimuat di media tempatnya bekerja SKH Kalimantan Post, tidak dibukukan. Cerita kunjungan beserta foto-foto tokoh mulai dari Presiden RI Gus Dur,  Megawati Soekarnoputri, Wapres Hamzah Haz, para jenderal, artis termasuk pelawak seperti anggota Srimulat, Warkop.  Termasuk beruntung, satu di antaranya Inul Daratista, si Ratu Goyang Ngebor.  Sekalipun kedatangannya ke Kalsel di demo, Inul mendapat kehormatan bertemu Abah Guru, menginap di salah satu rumah di sekitar kompleks Sekumpul.  Sambil dinasehati, Inul juga diangkat anak oleh Sang Kiai.  Ada banyak tamu yang mengunjungi Guru Ijai.  Para ulama juga tentu saja banyak pula yang berkunjung, seperti KH Zainuddin MZ, KH Muhammad Sjukron Makmun,Prof KH Cecep Saifuddin, Aa Gym dan banyak lagi. Tak hanya dari dalam negeri,   dari luar negeri banyak pula.  Terutama tamu dari Malaysia, Brunai Darussalam.  Tamu mayoritas, biasanya dari para habib dan ulama, termasuk habib dari Tharim dan Hadramaut, Yaman.

Tentang buku yang cetakan pertamanya tahun 2004 lalu ini,   saya beli di sebuah kios di dekat Sekumpul,  Martapura.  Buku mengenai guru Sekumpul ini dicetak terbatas, sekalipun sudah dicetak  enam kali hingga tahun 2006,  tapi sangat sulit didapat.  Saya mendapat buku ini dari seseorang di sekitar Sekumpul.  Kebetulan dia memiliki dua buku. Dan dua-duanya diberikan ke saya.  Saya sangat senang sekali, seakan saya bertemu langsung dengan Guru.  Setidaknya buku ini mengobati kerinduan saya tentang ulama kharismatik ini.  Di dalamnya ada banyak foto-foto beliau. Tiba di Samarinda, buku satunya saya berikan kepada seseorang. Setelah itu ada beberapakali saya ke Banjarmasin lewat darat,  dan setiap itu pula saya mencari buku--tentang ulama yang fotonya banyak dipajang di dinding-dinding rumah warga ini--- namun sayangnya buku ini tak ada lagi yang menjual. Beberapa teman yang ke Banjar juga mencari tapi tak pernah mendapatkan.

Karena saya juga memiliki kerinduan dengan wali Allah ini,  sekalipun saya tak sempat atau pernah bertemu beliau seperti halnya Rosyadi,  saya juga ingin ‘mengenang’ beliau.  Pada 2008 saya membuat tabloid mengenai beliau.  Tabloid yang bernama Qalam yang berjumlah 16 halaman dan dicetak 1000 eksemplar  ini juga saya bagikan ketika ke Banjarmasin melalui jalan darat.

Yah, beginilah saya mengenang beliau,  yang tak pernah saya jumpai langsung.Sekalipun tak pernah diberi nasehat langsung,  kita bisa mengingat kembali nasehat yang disampaikannya;  pertama,  menghormati ulama dan orang tua. Kedua, baik sangka terhadap muslimin.Tiga,murah hati. Empat, murah harta. Lima, manis muka. Enam, jangan menyakiti orang lain. Tujuh, mengampunkan kesalahan orang lain. Delapan, jangan bermusuh-musuhan.Sembilan, jangan tamak/jangan serakah. Sepuluh,  berpegang kepada Allah, pada qobul segala hajat. Sebelas, yakin keselamatan itu pada kebenaran,” demikian tulis Akhmad Zailani mengulas buku yang ditulis Ahmad Rosyadi ini dan pandangannya tentang Guru Sekumpul dan jemaahnya.  (banjarmasinpost.co.id/yayu fathilal)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved