Selebrita
Pernah Didemo Gara-gara 'Goyang Ngebor', Inul Dinasihati dan Diangkat Anak oleh Guru Sekumpul
Alih-alih ikut memprotesnya, Abah Guru Sekumpul malah melakukan hal tak terduga ini, yaitu mengangkat Inul sebagai anaknya
Penulis: Yayu | Editor: Mustain Khaitami
“Menjadi wartawan bagi saya tidaklah suatu keistimewaan, kalau hanya untuk dekat pejabat dan melakukan hal yang tidak biasa dilakoni kebanyakan. Persoalan jadi lain,ketika saya bercita-cita menjadi wartawan hanya untuk bisa dekat dengan seorang ulama bernama KH Muhammad Zaini Abdul Ghani,’’ ujar Rosyadi.
Rosyadi mengakui,meski menjadi satu di antara ribuan jamaah pengajian, dia tidak pernah bertemu langsung apalagi bersalaman dengan Guru Sekumpul. Bukan hanya dia, ribuan jamaah lain pun tidak lah mudah untuk bertemu. Menjadi wartawan lah, yang membuat khayalannya menjadi kenyataan.
Rosyadi akhirnya berpikir, sungguh mubazir bila ratusan foto dan dan ada juga yang sudah dimuat di media tempatnya bekerja SKH Kalimantan Post, tidak dibukukan. Cerita kunjungan beserta foto-foto tokoh mulai dari Presiden RI Gus Dur, Megawati Soekarnoputri, Wapres Hamzah Haz, para jenderal, artis termasuk pelawak seperti anggota Srimulat, Warkop. Termasuk beruntung, satu di antaranya Inul Daratista, si Ratu Goyang Ngebor. Sekalipun kedatangannya ke Kalsel di demo, Inul mendapat kehormatan bertemu Abah Guru, menginap di salah satu rumah di sekitar kompleks Sekumpul. Sambil dinasehati, Inul juga diangkat anak oleh Sang Kiai. Ada banyak tamu yang mengunjungi Guru Ijai. Para ulama juga tentu saja banyak pula yang berkunjung, seperti KH Zainuddin MZ, KH Muhammad Sjukron Makmun,Prof KH Cecep Saifuddin, Aa Gym dan banyak lagi. Tak hanya dari dalam negeri, dari luar negeri banyak pula. Terutama tamu dari Malaysia, Brunai Darussalam. Tamu mayoritas, biasanya dari para habib dan ulama, termasuk habib dari Tharim dan Hadramaut, Yaman.
Tentang buku yang cetakan pertamanya tahun 2004 lalu ini, saya beli di sebuah kios di dekat Sekumpul, Martapura. Buku mengenai guru Sekumpul ini dicetak terbatas, sekalipun sudah dicetak enam kali hingga tahun 2006, tapi sangat sulit didapat. Saya mendapat buku ini dari seseorang di sekitar Sekumpul. Kebetulan dia memiliki dua buku. Dan dua-duanya diberikan ke saya. Saya sangat senang sekali, seakan saya bertemu langsung dengan Guru. Setidaknya buku ini mengobati kerinduan saya tentang ulama kharismatik ini. Di dalamnya ada banyak foto-foto beliau. Tiba di Samarinda, buku satunya saya berikan kepada seseorang. Setelah itu ada beberapakali saya ke Banjarmasin lewat darat, dan setiap itu pula saya mencari buku--tentang ulama yang fotonya banyak dipajang di dinding-dinding rumah warga ini--- namun sayangnya buku ini tak ada lagi yang menjual. Beberapa teman yang ke Banjar juga mencari tapi tak pernah mendapatkan.
Karena saya juga memiliki kerinduan dengan wali Allah ini, sekalipun saya tak sempat atau pernah bertemu beliau seperti halnya Rosyadi, saya juga ingin ‘mengenang’ beliau. Pada 2008 saya membuat tabloid mengenai beliau. Tabloid yang bernama Qalam yang berjumlah 16 halaman dan dicetak 1000 eksemplar ini juga saya bagikan ketika ke Banjarmasin melalui jalan darat.
Yah, beginilah saya mengenang beliau, yang tak pernah saya jumpai langsung.Sekalipun tak pernah diberi nasehat langsung, kita bisa mengingat kembali nasehat yang disampaikannya; pertama, menghormati ulama dan orang tua. Kedua, baik sangka terhadap muslimin.Tiga,murah hati. Empat, murah harta. Lima, manis muka. Enam, jangan menyakiti orang lain. Tujuh, mengampunkan kesalahan orang lain. Delapan, jangan bermusuh-musuhan.Sembilan, jangan tamak/jangan serakah. Sepuluh, berpegang kepada Allah, pada qobul segala hajat. Sebelas, yakin keselamatan itu pada kebenaran,” demikian tulis Akhmad Zailani mengulas buku yang ditulis Ahmad Rosyadi ini dan pandangannya tentang Guru Sekumpul dan jemaahnya. (banjarmasinpost.co.id/yayu fathilal)