Sains
Hidup di Luar Angkasa, Astronot Daur Ulang Kotoran Sendiri Menjadi Bahan Makanan
Kendala lainnya, bobot makanan dapat mendorong pengunaan bahan bakar roket lebih besar. Ujungnya adalah tambahan biaya perjalanan.
TRIBUNKALTENG.COM - Menjelajahi ruang angkasa bukanlah perkara mudah. Apalagi menyangkut kebutuhan dasar para astromon seperti makan dan minum.
Banyak kendala yang dialami para astronom terkait hal itu. Seperti wahana ruang angkasa yang tak memiliki ruang cukup luas untuk menampung berbagai makanan dalam misi perjalanan yang cukup jauh seperti ke Mars misalnya.
Kendala lainnya, bobot makanan dapat mendorong pengunaan bahan bakar roket lebih besar. Ujungnya adalah tambahan biaya perjalanan.

Menumbuhkan bahan makanan dengan sistem hidroponik mungkin bisa menjadi pilihan. Namun kendalanya diperlukan waktu dan energi. Pilihan ini akan terbentur dengan sumber daya yang dimiliki wahana antariksa.
Baca: Tempe Akan Jadi Menu Makanan Astronot? Riset Siswa Indonesia Ini Dibawa NASA
Untuk mengakalinya, muncul alternatif menarik yakni mengolah kotoran dari para astronom menjadi sesuatu yang bisa dikonsumsi. Sebelumnya daur ulang urin telah berhasil dilakukan dan ditempatkan di stasiun ruang angkasa internasional (ISS).
Tim ilmuwan dari Pennsylvania State University sudah mengambil langkah maju untuk mewujudkan ide tersebut. Mereka menemukan cara menggunakan mikroba untuk menghancurkan kotoran padat dan cair dengan sangat cepat.
Baca: VIDEO: Uniknya Gerhana Matahari Total, Ini yang Terlihat pada Bumi dari Angkasa
Para peneliti mengklaim temuan mereka dapat meminimalkan perkembangan patogen. Selain itu, zat yang tersisa dapat digunakan dalam makanan ruang angkasa. Hal ini seperti dijelaskan dalam jurnal yang terbit di Life Science in Space Research, November 2017.
"Agak aneh, tapi konsepnya akan sedikit mirip Marmite atau Vegemite di mana Anda makan olesan ‘mikroba lengket’,” kata ilmuwan yang mempelajari bumi, Christopher House dilansir Science Alert, Selasa (30/1/2018).
Ilmuwan berkata kotoran tadi diubah berdasarkan standar industri, di mana mereka menggabungkannya dengan sejumlah mikroba tertentu dalam sistem silinder sebesar 1,22 meter (4 kaki).
Baca: Bagaimana Hidup di Luar Angkasa Tanpa Baju Astronot? Begini yang Akan Terjadi
Proses ini disebut pencernaan anaerobik yang mirip dengan proses pengolahan makanan di usus manusia yang tak membutuhkan oksigen.
Metana yang dihasilkan selama pencernaan anaerobik dialihkan ke mikroba lain, Methylococcus capsulatus. Bakteri ini telah digunakan industri dalam memproduksi suplemen atau biomassa untuk pakan ternak.
Akhir Oktober 2020 Diprediksi Awal Musim Hujan Indonesia, Ancaman Gelombang Tinggi Hingga 4 Meter |
![]() |
---|
Kenapa Musim Kemarau tapi Sering Turun Hujan? Inilah Penjelasan dari BMKG |
![]() |
---|
Ternyata Ini 2 Alasan Kenapa Kelelawar Tidur Terbalik |
![]() |
---|
Terbaru Fenomena Alam Langka, Dua Planet Raksasa Menari di Luar Angkasa |
![]() |
---|
Pertama Kalinya di Dunia, Astronom Melihat Kilatan Cahaya dari Tabrakan Dua Lubang Hitam |
![]() |
---|