Kabar Dunia

Fakta Tentang Rohingya, Suku yang Dimarjinalkan

Kejadian ini sebenarnya berlangsung sudah sangat lama, sempat mereda pada dua tahun silam, kini kekejaman itu kembali memuncak dan kembali menghangat

Editor: Mustain Khaitami
AFP/BBC
Angkatan Bersenjata Myanmar merilis foto yang memperlihatkan tentara berupaya memadamkan api di rumah yang terbakar di kampung orang Rohingya. 

TRIBUNKALTENG.COM - Desakan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang meminta para pemimpin negara-negara Islam untuk menangani masalah yang dialami puluhan ribu warga Muslim Rohingya yang berjuang menyelamatkan diri dari kekerasan di Rakhhine, Myanmar, semakin mencuatkan tindakan kekejaman pemerintah Myanmar terhadap Muslim Rohingya.

Kejadian ini sebenarnya berlangsung sudah sangat lama, sempat mereda pada dua tahun silam, kini kekejaman itu kembali memuncak dan kembali menghangat isu kemanusiaan di tingkat internasional.

Seperti diberitkan, Penindasan terhadap Muslim Rohingya masih terjadi. Baru saja pemerintah Myanmar mengerahkan pasukannya ke Provinsi Rakhine. Puluhan orang tewas saat pasukan pemerintah menyerbu kampung-kampung.

Konflik ini terus berlanjut. Puncak dari perseteruan semakin mengerucut ketika terlihat bahwa yang menyerang etnis Rohingya adalah mayoritas penduduk Myanmar yang mayoritas beragama Budha seolah tak berkesudahan.

Sepanjang tahun terus berlangsung. Puluhan ribu warga Rohingya ini kemudian terlunta-lunta mengungsi ke negara lain, termasuk Indonesia. Namun negara-negara ini pun tidak bisa berbuat banyak dan hanya menampung mereka sementara dan dikembalikan ke Mynamar.

c
Imigran Rohingya di perairan Desa Simpang Tiga, Kecamatan Julok, Aceh Timur (ANTARA FOTO/Syifa)

Namun begitulah sikap Myanmar, mereka pun tidak menerima suku ini dan dianggap tidak memiliki kewarganegaraan dengan hidup selalu terancam dan ketakutan.

Akibatnya, sejumlah warga Muslim Rohingya melarikan Para kritik menuding negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) tak memiliki kepedulian terhadap kaum Rohingya yang terdampar di lautan mencari suaka.

Selama berbulan-bulan mereka menderita kelaparan dan mengalami kesusahan. Negara-negara ASEAN dituduh melepas tanggung jawab karena tak ada yang mau menerima mereka.

PERTANYAANNYA SIAPAKAH SEBENARNYA Rohingya? mengapa pemerintah Myanmar tidak menerimanya dan lebih parah lagi dibantai dan dianggap bukan bagian dari mereka?

Dianggap Bukan Penduduk Asli Myanmar:

WIKIPEDIA dan beberapa sumber literatur, ensiklopedia dan dokumentasi Sriwijaya Post dan Organisasi Nasional Rohingya Arakan (ARNO) dan sumber dari situs The Sydney Morning Herald menyebutkan jika Rohingya adalah kaum minoritas Muslim yang menggunakan etnis bahasa Rohingya —bahasa Indo-Eropa ini sebenarnya mirip dengan bahasa Bengali.

1. Tinggal di negara bagian Rakhine Utara (sebelumnya disebut Arakan), sebuah desa pesisir di Myanmar. mereka berasal dari bangsa Arab, Moor, Pathan, Moghul, Bengali, dan beberapa orang Indo-Mongoloid.

2. Data dari Menteri Imigrasi dan Kependudukan Myanmar Khin Yi, ada sekitar 1,33 juta orang Rohingya di negaranya.

3. Rohingya merupakan penduduk asli negara bagian Rakhine sejak abad ke-19, ketika Myanmar masih berada di bawah penjajahan Inggris.

TIDAK DIAKUI KARENA 2 HAL
1. Presiden Myanmar Thein Sein menyebut Rohingya sebagai "Bengali" (orang Bangladesh) —menyiratkan bahwa mereka penduduk asli Bangladesh dan, oleh karena itu, dideportasi dari Myanmar.

Sayang pemerintah Bangladesh juga tidak mengakui Rohingya sebagai bagian dari mereka.

2. Pada 1982, pemerintah Myanmar mengeluarkan undang-undang yang menyatakan bahwa rakyatnya adalah warga yang telah menetap di negara tersebut sebelum kemerdekaan pada 1948. Kelompok minoritas yang ingin secara resmi diakui harus menunjukkan dokumen sebagai bukti bahwa nenek moyang mereka hidup di Myanmar (dulu disebut Burma) sebelum 1823.

3. Orang-orang Rohingya mengklaim bahwa leluhur mereka telah tinggal di Myanmar sejak ratusan tahun yang lalu. Namun, mereka tidak memiliki dokumentasi yang tepat untuk membuktikan klaim tersebut.

4. Pada 2014, Myanmar membuat sebuah rencana kontroversial untuk memecahkan masalah ini: Pemerintah akan memberikan kewarganegaraan bagi kaum Rohingya jika mereka mengubah etnis mereka sebagai warga Bangladesh. Ini berarti pengakuan bahwa kelompok ini adalah ilegal di negara itu, sebuah ide yang ditolak oleh sebagian besar komunitas Rohingya.

x
Seorang anak etnis Rohingya asal Myanmar mendapatkan perawatan di sebuah rumah sakit di Langsa, Aceh, Selasa (19/5/2015). Anak-anak ini merupakan bagian dari para pengungsi Rohingya yang meninggalkan kampung halaman mereka di Rakhine, Myanmar, karena konflik. (AFP PHOTO / ROMEO GACAD)

PEMBANTAIAN ROHINGYA DIKETAHUI PBB

1. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahkan mengakui bahwa masyarakat Rohingnya sebagai salah satu kaum minoritas yang paling teraniaya di dunia.

x
Aparat keamanan dan tim penyelamat Thailand saat memeriksa salah satu lokasi kuburan massal yang diduga berisi jasad para imigran Rohingya dan Banglades di sebuah hutan di dekat perbatasan dengan Malaysia. (STR/AFP)

2. Kasus dam insiden pembantaian ini bermula dari 2012, ketika umat Islam Rohingya terlibat dalam kasus pemerkosaan dan pembunuhan seorang wanita Buddha di Myanmar.

Hal ini mengakibatkan serangkaian perkelahian berdarah antara umat Buddha di Rakhine dan Muslim Rohingya. Sebuah laporan mengatakan sedikitnya 90 orang tewas dan 3.000 rumah hancur akibat kekerasan tersebut.

Namun belakangan hal itu tidak benar, bahwa Rohingya hanya tertuduh dan sempat dibantah oleh beberapa akun di Media Sosial yang mengungkapkan hal itu.

MENGUNGSI MENYELAMATKAN DIRI:

x
Rombongan pengungsi Myanmar dan Bangladesh mendarat di Langsa, Aceh, Jumat (15/05) WIB. (DOK. BBC)

1. DITEROR BAHKAN dibantai, kaum Rohingya pasrah bahkan mereka kerap menyerahkan nasib hidup mereka ke tangan oknum perdagangan manusia daripada harus musnah oleh kaum ekstremis Buddha di Rakhine. Hal ini demi menyelamat nyawa mereka karena tidak ada perlindungan sama sekali dari pemerintah bahkan dari pemerintah di kawasan Asia.

2. Fakta mengerikan, ketika sebuah kamp perdagangan ditemukan pada Mei 2015 di hutan yang sepi di Thailand selatan, di mana ditemukan setidaknya 30 mayat yang dikubur dalam sebuah liang dangkal. Mayat-mayat lainnya ditemukan hanya ditutupi selimut dan ditinggal di tempat terbuka.

5. SERUAN ERDOGAN membuat pemerintah negara-negara ASEAN menanggapi masalah ini?

x
Pria tersebut sudah di pinggir jembatan akan melompat, namun dibujuk para pengawal Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (AP)

1. Meski jauh sebelumnya terutama sejak Agustus 2012, pemerintah Bangladesh melarang bantuan kemanusiaan untuk kaum minoritas Rohingya, meninggalkan mereka tak berdaya dan rentan.

Negara tetangga lainnya juga telah menutup mata. Thailand, salah satunya, mengklaim angkatan lautnya memberikan bantuan kepada kapal seperti makanan, air, dan obat-obatan. Namun militer Negeri Gajah Putih terus menolak mereka masuk karena resistensi pemerintah untuk pendatang.

Rohingya juga telah berpaling ke Malaysia karena penduduk mereka mayoritas adalah Muslim. Namun pemerintah Malaysia telah memerintahkan angkatan laut untuk menolak mereka dari tanah mereka.

Meskipun ribuan pencari suaka ditemukan di Indonesia oleh nelayan setempat, pemerintah Indonesia menjelaskan bahwa para pengungsi akan tetap tidak diterima dan memberikan peringatan kepada nelayan untuk tidak menyelamatkan perahu Rohingnya.

2. Seruan Erdogan Presiden Turki yang dikenal keras membela kaum Muslim itu membuka mata hati negara-negara Islam yang mulai membuat mereka marah kepada pemerintah Myanmar, PBB, dan ASEAN pun mulai memberikan perhatian.

Saksi Selamat Sebut Lihat Anak-Anak Dipenggal

Para korban selamat dalam kekerasan di Rakhine mengungkap bahwa ”pembersihan” etnis Rohingya sedang berlangsung oleh tindakan brutal pasukan keamanan Myanmar. Salah seorang saksi mengaku dua kepnoakannya yang masih anak-anak dieksekusi penggal.

Seorang saksi berusia 41 tahun mengatakan kepada kelompok pemantau HAM, Fortify Rights, bahwa dia menemukan saudara dan anggota keluarga yang lainnya di sebuah lapangan setelah serangan oleh pasukan keamanan Myanmar di Desa Chut Pyin, Kota Ratheduang.

”Mereka memiliki bekas luka di tubuh akibat peluru dan beberapa luka lainnya,” kata saksi yang identitasnya dilindungi tersebut.

”Dua keponakan saya, kepala mereka dipenggal, yang satu berusia enam tahun dan yang lainnya berusia sembilan tahun. Kakak ipar saya juga ditembak dengan pistol,” katanya seperti dilansir dari The Sydney Morning Herald, Sabtu (2/9/2017) kemarin.
 

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved