Sains
Ribuan WNI Ingin Pindah Warga Negara, Tinggal di Ruang Angkasa!
Indonesia menempati urutan ke tujuh dan dari berbagai kota, termasuk Jakarta, Bandung, Mataram sampai Jayapura.
Lena de Winne mengatakan foto-foto atau data dari mereka yang mendaftar akan dibawa serta dalam satelit ini.
Namun De Winne belum bisa menyebutkan tanggal pasti karena jadwal peluncuran menunggu dari badan ruang angkasa AS, NASA.
Tanggapan orang
Banyak yang menyambut proyek ini dalam berbagai komentar melalui akun Facebook Asgardia, termasuk akun atas nama Vishal Swami yang menulis, "Asgardia adalah tujuan yang hebat. Saya berterima kasih kepada mereka yang membuat bangsa menyenangkan ini."
Pengguna lain, Yanaka Putra menulis, "Saya bergabung karena saya ingin tinggal di ruang angkasa... Apakah ada perkiraan waktu kapan warga Asgardia mulai pindah ke ruang angkasa? Bukan bangsa ruang angkasa bila tidak tinggal di ruang angkasa."
Seorang spesialis marketing yang mengatur pertemuan bulanan untuk warga Asgardia yang tinggal di Hong Kong, John Spiro, mengatakan data atau barang pribadi yang dikirim ke ruang angkasa ini yang membuatnya tertarik mendaftar.
"Saya menyimpan sutra Buddha sebagai hobi dan mengirim salah satu barang keagamaan ini dalam bentrok elektronik teks 'ke surga' sangat menyenangkan," kata Spiro seperti dikutip CNN.
Anjungan di ruang angkasa

Penerbangan pertama akan dilakukan dalam delapan tahun namun dibatasi pada "mereka yang profesional" termasuk pilot pesawat ruang angkasa, dan pakar navigasi, kata Lena De Winne.
Sementara proyek turis ruang angkasa akan memerlukan waktu lebih lama lagi, tambahnya.
Pendiri Asgardia

Ilmuwan Rusia Igor Ashurbeyli mengatakan pada saat peluncuran proyek Oktober lalu, bahwa langkah ini, "Bukan fantasi. Pergi ke Mars dan lain-lain itu palsu. Saya ingin sesuatu yang lebih nyata."
Ia dilaporkan sebagai miliuner namun tak pernah muncul di daftar orang terkaya versi majalah Forbes.

Setelah pindah ke Moskow pada 1990-an, ia berpengaruh dalam bidang industri sains dan pernah mendapatkan penghargaan negara untuk sains dan teknologi.
Namun profesor Sa'id Mosteshar, direktur London Institute of Space Policy and Law, meragukan apakah Asgardia dapat diakui berdasarkan undang-undang internasional.
"Traktat ruang angkasa ... yang diterima oleh semua orang menyebutkan dengan jelas bahwa tidak ada bagian dari ruang angkasa yang dapat diklaim oleh negara manapun," kata Mosteshar.
Berita ini telah tayang di BBC Indonesia dengan judul, "Lima hal tentang Asgardia, bangsa ruang angkasa pertama, dengan ribuan WNI sebagai pendaftar