Jembatan Gantung di HST Membahayakan

lokasi jembatan gantung yang rusak parah di Batubenawa itu, hanya sekitar 3,5 kilometer dari pusat kabupaten

Penulis: Hanani | Editor: Halmien
zoom-inlihat foto Jembatan Gantung di HST Membahayakan
syaiful akhyar
Jembatan Gantung Membahayakan

TRIBUN KALTENG.COM, BARABAI - Akhir Januari 2014 lalu, BPost mewartakan aksi menantang maut yang dilakukan para murid SDN Labuhan, Batangalai Timur, Hulu Sungai Tengah (HST). Saat ke dan dari sekolah, anak-anak kecil itu harus naik rakit bambu melawan arus, yang terkadang sangat deras. Penyebabnya, jembatan gantung di kawasan itu ambruk. Ternyata, kejadian serupa terjadi di kawasan Batubenawa. Juga di HST.

Tragisnya, lokasi jembatan gantung yang rusak parah di Batubenawa itu, hanya sekitar 3,5 kilometer dari pusat kabupaten. Keberadaan jembatan gantung sepanjang sekitar 50 meter itu sangat penting, terutama bagi warga Desa Aluan Bakti dan Desa Bakti Seberang.

Berdasar pantauan BPost, Jumat (9/5), kondisi jembatan itu memang sangat mengenaskan, meski masih tergantung. Beberapa tali sling (baja) putus dan banyak paku yang sudah lepas. Posisinya miring sehingga rawan bahaya bagi orang yang nekat menggunakannya. Dan, banyak kayu penyangga yang lepas.

Karena khawatir keselamatan anak-anaknya yang setiap bersekolah melewati jembatan, beberapa warga bergotong royong membuat rakit bambu. Namun, rakit itu sangat sederhana, yang digerakkan lewat tarikan ke tali yang dibentangkan dari dua pohon berseberangan. Talinya tidak besar sehingga tetap mengkhawatirkan jika sewaktu-waktu arus deras terjadi di sungai itu.

Meski demikian, salah seorang murid SDN Aluan Bakti, Rijani mengatakan sangat tertolong oleh rakit tersebut. Daripada menggunakan jembatan yang rentan ambrol, lebih tenang menggunakan rakit. Apalagi dia dan temannya banyak yang bisa berenang.

Akan tetapi, Rijani juga khawatir jika tiba-tiba ada arus deras dan air pasang. “Tapi kalau airnya dalam, tercebur saat pakai seragam dan bawa buku, kan repot juga. Semoga saja jembatan itu segera diperbaiki,” kata murid kelas IV itu.

Salah seorang warga, Liman juga mengatakan melarang anaknya menggunakan jembatanyang kabarnya sudah berusia 29 tahun itu. Risiko tetap menggunakan jembatan itu lebih besar daripada menyeberang memakai rakit.

Bagaimana jika ada arus deras? Liman mengaku juga khawatir. “Tidak tahu nanti, apakah anak-anak tetap bisa sekolah atau harus lewat jembatan lapuk itu lagi,” ucapnya.

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved