12 Tahun Dipasung di Gubuk Reyot, Tarsa Memohon Balok di Kakinya Dilepas

Bau kotoran babi dan bau yang menyengat dari tubuh Tarsa karena tak pernah mandi dan buang air di situ pun menimpulkan bau busuk yang tak tertahankan.

Editor: Mustain Khaitami
Kompas.com/Markus Makur
Tarsa sudah dipasung selama 12 tahun 

TRIBUNKALTENG.COM - Di sebuah gubuk reyot yang tak layak jadi tempat tinggal manusia karena usang dan berbau tak sedap, Tarsisius Antonius Amat tinggal.

Tak hanya tinggal di dalam ruangan yang kumuh, selama lebih kurang 12 tahun pria paruh baya yang dipanggil Tarsa ini pun dipasung dan kedua kakinya dikunci dalam balok kayu.

Tarsa adalah orang dengan gangguan jiwa yang tinggal di Kampung Mbapo, Desa Lembur, Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur, Flores, NTT.

Di sekitar gubuk Tarsa ada keluarganya yang memelihara babi. Bau kotoran babi dan bau yang menyengat dari tubuh Tarsa karena tak pernah mandi dan buang air di situ pun menimpulkan bau busuk yang tak tertahankan.

Dianggap Tak Penuhi Janji, Wali Kota Ini Dipasung Warganya saat Resmikan Jembatan

Peserta Gugur Massal di Passing Grade Tes CPNS 2018, Banyak Formasi Jabatan Kosong

Terang saja bagi orang yang tak terbiasa bisa langsung tidak tahan begitu datang ke sana.

Di sekitar gubuk tak ada orang tinggal. Hanya pohon kakao milik keluarganya saja yang mengelilingi gubuk pemasungan Tarsa.

"Saya mau keluar. Bisa buka dua balok di kaki saya hari ini?" katanya pada seorang wartawan Kompas yang datang berkunjung.

Ayah Tarsa sudah meninggal dunia sementara ibunya, Sebina Noni (70) yang selalu mengantar makanan untuk Tarsa setiap pagi, siang dan malam.

Kadang-kadang, Tarsa memanggil sang ibu saat perutnya lapar. Selain itu, Tarsa suka sekali makan biskuit, namun, Sebina Noni tak bisa memenuhi permintaan sang anak karena tak punya uang untuk membelinya.

“Saya sudah tua Pak. Saya tak sanggup lagi. Anak saya Tarsa sudah menderita sangat lama. Tarsa sudah dipasung selama 12 tahun hingga saat ini. Saya berdoa dan berharap agar Tarsa bisa bebas dari pasungnya. Barangkali Pak bisa menyuarakan kepada berbagai pihak untuk membebaskan Tarsa dari pasungnya,” harapnya kepada KOMPAS.com, Jumat (9/11/2018).

Mulanya Tarsa mengalami gangguan jiwa dan sering mengamuk di rumah dan rumah tetangga di kampung itu.

c
Kompas.com/Markus Makur
Tarsa saat dikunjungi perawat khusus gangguan jiwa dari Jerman

Tarsa juga bicara dan tertawa sendiri bahkan mulai memukuli ibunya sendiri. Ini yang membuat Tarsa dipasung.

Tingkahnya sering tak terkendali dan keluarganya pun kekurangan biaya untuk membawa Tarsa berobat ke rumah sakit jiwa.

Sejak pertama kali dipasung pada 12 tahun lalu hingga kini, Tarsa hidup dan tinggal di gubuk reyot dengan dua kaki dipasung dengan balok berukuran besar.

“Saya sebagai mamanya ikut menderita berat dengan kondisi Tarsa yang belum kunjung sembuh dan masih dipasung di gubuk reyot. Saya tidak tahu bagaimana solusi untuk membebaskan dan meringankan penderitaannya," kata Sebina Noni.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved