Unik! Atraksi Panjat Duri Suku Dayak Meratus Jadi Tontonan Zaman Now
Jika masyarakat kota ada lomba panjat pinang di setiap perayaan 17 Agustus, maka panjat manau adalah versi lain dari masyarakat Dayak Meratus.
Penulis: Salmah | Editor: Mustain Khaitami
TRIBUNKALTENG.COM, BANJARMASIN - Naik manau berarti naik pohon manau, sejenis pohon rotan besar yang tumbuh alami dan banyak terdapat di dalam hutan Sumatera dan Kalimantan.
Total panjang batang manau ini bila merambat dan telah dewasa dapat mencapai 100 meter. Wow, setara panjang lapangan sepak bola.
Baca: Pencuri Tertangkap Basah Gegara Lepas Sepatu Saat Beraksi, Konyol!
Rotan ini memiliki sifat padat, keras dan kokoh, sehingga rotan ini dikategorikan memiliki kualitas paling bagus dan biasa digunakan untuk bahan pembuatan rangka mebel yang berkualitas tinggi.
Namun tidak gampang mengambil rotan manau karena batangnya ditumbuhi duri. Meski demikian, bagi beberapa orang Dayak Meratus khususnya di kawasan Balangan, duri manau itu bisa 'ditaklukan.'
Baca: Buat yang Sulit Tidur, Coba Minum Air Rebusan Pisang dan Rasakan Reaksi Menakjubkan!
Sebagaimana Alianto yang punya kemampuan memanjat batang manau. Tak ada luka di kedua kaki maupun tangan. Cara memanjatnya pun seperti memanjat batang pohon lainnya.
Aksinya itu menjadi tontonan wisata di zaman modern ini. Banyak penonton kagum dan mengabadikan aksi tersebut dengan kamera.
Biasanya batang manau dirangkai dengan batang pohon lain sebagai tonggak. Posisinya ada yang miring 45 derajat dan bisa pula hampir tegak dengan kemiringan 80 derajat.
Baca: Kapal TNI Dihantam Ombak dan Tenggelam, Begini Nasib 60 Prajuritnya
Menambah menarik aksi panjat manau ini biasanya digantung sejumlah hadiah di puncaknya. Hadiah itu beaneka ragam di antaranya ada berupa buah-buahan.
Jika masyarakat kota ada lomba panjat pinang di setiap perayaan 17 Agustus, maka panjat manau adalah versi lain dari masyarakat Dayak Meratus.
Alianto saat memanjat batang manau berduri di Duta Mall Banjarmasin. banjarmasinpost.co.id/salmah
Namun kadang bisa juga puncak manau tanpa hadiah. Sehingga atraksi hanya mempertontonkan aksi panjat dan turun.
Dalam berbagai festival budaya di Kalsel, seperti Tabalong Ethnic Festival, panjat manau menjadi bagian penampilan budaya. Begitu pula perayaan kedaerahan lainnya.
Panjat atau naik manau ternyata ada sejarah tersendiri. Bagaimana sejarahnya, ikuti terus tulisan betikutnya. (banjarmasinpost.co.id/dea)
Artikel ini telah tayang di banjarmasinpost.co.id dengan judul Taklukan Duri Manau Tanpa Luka Sedikitpun, Atraksi Suku Dayak Meratus Jadi Tontonan Zaman Now, http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/03/13/taklukan-duri-manau-tanpa-luka-sedikitpun-atraksi-suku-dayak-meratus-jadi-tontonan-zaman-now.