Bisnis dan Ekonomi
Tarif Cukai Rokok Bakal Naik, Ini dampaknya pada Inflasi
Tak hanya itu, pihaknya juga meminta pemerintah untuk menjaga stabilitas harga pangan menjelang akhir tahun.
TRIBUNKALTENG.COM, JAKARTA - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memperkirakan, inflasi Oktober sebesar 0,04%, jauh lebih rendah dibanding inflasi September yang sebesar 0,13%. Hal itu, didorong oleh harga bahan pangan yang masih mencatatkan tren rendah.
Namun menurutnya, dampak kenaikan cukai rokok yang berlaku 1 Januari 2018 perlu diwaspadai mulai saat ini. Sebab,
"Rencana kenaikan cukai rokok membuat beberapa pengecer mulai menyesuaikan harga," kata Bhima kepada Kontan.co.id, Selasa (24/10).
Baca: Heboh Pernikahan Sejenis, Ternyata Begini Kronologisnya
Tak hanya itu, pihaknya juga meminta pemerintah untuk menjaga stabilitas harga pangan menjelang akhir tahun. Mengingat inflasi menjelang Natal dan tahun baru cenderung meningkat.
Pengendalian harga pangan lanjut dia, juga mencakup pengendalian kurs rupiah. Sebab, depresiasi rupiah lanjut dia akan bisa memberi tekanan pada kenaikan barang impor, baik barang konsumsi maupun sandang.
Baca: Soal Foto Minuman Keras Berlabel Halal, MUI Sebut Hoax, Ini Cuitan Menteri Agama
"Bawang putih misalnya 85% lebih diperoleh dari impor. Kalau rupiah terlalu lemah harga bawang putih bisa naik," tambahnya.
Di sisi lain, Bhima mengatakan bahwa tidak ada tekanan dari harga yang diatur pemerintah (administered price) tidak ada. Hal ini mendorong inflasi akhir tahun masih bisa berada dalam target pemerintah sebesar 4%. (Reporter: Adinda Ade Mustami )