Kalteng Kita
Swasta Bangun PLTU di Kajuei, Ternyata Segini Nilai Investasinya
Rencana pembangunan IPP PLTU Kalteng 1 di Desa Tumbang Kajuei, Kabupaten Gunungmas, Kalteng, bukan sebuah investasi yang murah.
Penulis: Mustain Khaitami | Editor: Mustain Khaitami
TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKARAYA - Rencana pembangunan IPP PLTU Kalteng 1 di Desa Tumbang Kajuei, Kabupaten Gunungmas, Kalteng, bukan sebuah investasi yang murah.
Betapa tidak. Untuk menyelesaikan PLTU berkapasitas 2x100 MW ini, PT SKS Listrik Kalimantan (SLK) selaku pelaksana kegiatan, mengalokasi dana hingga lebih dari Rp 2 triliun!
Itu belum termasuk sejumlah fasilitas pendukung, antara lain pembangunan jalan yang digunakan untuk angkutan bahan baku batubara dari lokasi tambang ke areal PLTU.
"Pembiayaan dari Mandiri sekitar 200 juta dolar AS. Ini juga merupakan proses alihteknologi sehingga indonesia bisa pakai tenaga sendiri," ujar Presiden Direktur PT SLK Lukita Prasetya.
Baca: Ratusan Tenaga Kerja Asing Garap Proyek PLTU Kajuei, Begini Penjelasan PT SKS
Dalam proyek ini, PT SLK melakukan kontrak dengan PT PLN untuk membangun PLTU di Tumbang Kajuei dengan sistem Build Operate and Transfer (BOT) selama 25 tahun.
Sepanjang 25 tahun kontrak, PT SLK akan menjual energi listrik kepada PT PLN dengan bahan baku batubara yang disuplai PT Surya Kalimantan Sejati (SKS). Setelah itu, PLTU akan diserahkan kepada pemerintah dalam hal ini PT PLN.
"Dengan perhitungan kebutuhan batubara 4 ribu ton per hari, artinya dalam sehari akan ada 400 truk angkut batubara dari lokasi tambang ke PLTU sehingga diperlukan jalan khusus untuk keamanan," terang Lukita.
Selain jalan khusus tambang (houling), PT SLK juga berencana akan membangunkan jembatan untuk masyarakat.
Dengan begitu ada jalan khusus untuk masyarakat sehingga tidak mengganggu aktivitas jalan perusahaan.
Jika dikonversi dengan nilai tukar mata uang Rp 13.500 per dolar AS, nilai investasi yang dibutuhkan untuk proyek ini ditaksir mencapai Rp 2,7 triliun.
Baca: Luar Biaas! Kapolsek Gendong Orang Sakit Sejauh 5 Km ke Puskesmas
Lukita didampingi Direktur Umum PT SLK, Otto, menyebut ada banyak alasan pihaknya melaksanakan proyek tersebut di Kalteng.
Selain komitmen pemerintah membangun 35.000 MW dalam rangka meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia, bisnis di bidang energi juga dinilai sangat menjanjikan.
"Hal yang mendasar bagi calon investor yang mau masuk ke daerah adalah ketersediaan energi listrik. Jika PLTU ini telah beroperasi, kebutuhan listrik Kalteng tentu akan tertangani sehingga memudahkan investor masuk dan secara langsung juga meningkatkan taraf hidup masyarakat," kata Otto. (TRIBUNKALTENG.COM/mustain khaitami)
.